LIPUTANWARTANEWS.ID|BATAMย โ Pemerintah Kota Batam terus menunjukkan komitmennya dalam menekan angka stunting. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 yang dirilis Mei 2025, prevalensi stunting di Batam turun signifikan dari 16,1 persen menjadi 14 persen.
Capaian ini menempatkan Batam sebagai salah satu daerah di Indonesia yang diproyeksikan lebih cepat melampaui target nasional penurunan stunting tahun 2025 sebesar 18,8 persen, dengan proyeksi capaian sebesar 14,2 persen pada tahun 2029.
โPenurunan angka stunting ini adalah hasil kerja bersama seluruh elemen. Kami ingin memastikan anak-anak Batam tumbuh sehat dan optimal,โ ujar Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, dalam berbagai kesempatan.
Amsakar juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah bekerja keras dalam menurunkan angka stunting di Batam.
โSaya sampaikan terima kasih kepada seluruh tim yang sudah bekerja dengan baik sehingga dapat menekan stunting,โucapnya.
Penanganan stunting menjadi salah satu prioritas utama di bawah kepemimpinan Amsakar bersama Wakil Wali Kota Li Claudia Chandra. Isu ini tidak hanya dipandang sebagai urusan sektor kesehatan, tapi juga bagian dari investasi pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing.
โIni sejalan dengan visi kami untuk membangun SDM yang sehat, kuat, dan siap bersaing,โ tambah Amsakar.
Sebagai kota industri dan pintu gerbang Indonesia di barat, Batam menyadari pentingnya generasi muda yang sehat untuk menopang pembangunan jangka panjang. Karena itu, penanganan stunting dilakukan menyeluruh dari hulu ke hilir.
Tahun ini, seluruh kelurahan di Batam dilibatkan dalam aksi konvergensi stunting, sebuah gerakan terpadu lintas sektor di tingkat akar rumput. Pemerintah, tenaga kesehatan, TNI, Polri, kader posyandu, hingga RT/RW dan tokoh masyarakat bergerak bersama untuk mencegah dan menanggulangi stunting sedini mungkin.
Strategi yang diterapkan meliputi edukasi keluarga, peningkatan akses pangan bergizi, pemantauan pertumbuhan anak, pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dan balita, serta pelatihan pola asuh. Posyandu dan puskesmas menjadi ujung tombak layanan, dengan dukungan regulasi dan program lintas sektor yang konsisten.
Batam juga menerapkan lima pilar pencegahan stunting sesuai arahan nasional, termasuk integrasi kebijakan daerah, peningkatan kesadaran publik, hingga penguatan ketahanan pangan dan pemantauan layanan secara berkala.
Jika dibandingkan dengan daerah lain di Kepulauan Riau, Batam berada di posisi kedua setelah Tanjungpinang yang mencatat angka 12,9 persen. Sementara itu, Kabupaten Karimun masih berada di angka 21,4 persen, Lingga 19,8 persen, dan Natuna 18,5 persen.
Amsakar-Li Claudia menegaskan bahwa pembangunan kota Batam tidak hanya soal infrastruktur dan investasi, tetapi juga mencakup isu-isu mendasar seperti kesehatan anak. Dengan dukungan masyarakat serta arah kebijakan yang terarah, keduanya optimistis angka stunting di Batam dapat terus ditekan secara signifikan.